Sunday, December 3, 2017

Saling Bantah, Ini Kata Jokowi dan Pengamat Tentang Daya Beli Lesu

Oleh: Clarissa Julia Scolastica (000 000 133 49)
           
(Sumber foto: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170803163656-92-232260/perubahan-pola-belanja-masyarakat-bukan-alasan-daya-beli-lesu/)


        Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan daya beli masyarakat Indonesia tidak melemah. Pertanyaan ini dilandasi dengan data yang diterimanya, namun berbeda anggapan dengan para pengusaha ritel yang satu per satu mulai melakukan penutupan cabang.

            Dari data yang diterima oleh Jokowi, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tumbuh 12,1% sementara tahun lalu hanya sekitar 2%. Tingginya pertumbuhan PPN ini menandakan peningkatan transaksi jual-beli pada masyarakat. “Kalau PPN tumbuh artinya ada transaksi, ada jual beli,” kata Jokowi.

            Namun, Pengamat ekonomi dari Institute For Economic and Development Finance (Indef) Bima Yudhistira mengatakan bahwa pertumbuhan PPN tidak bisa menggambarkan kondisi daya beli saat ini. Karena PPN naik disebabkan oleh perbaikan adsministrasi dan meningkatnya kepatuhan wajib pajak tax amnesty. “Pengguna e-faktur jumlahnya terus naik,” tuturnya saat kepada detikFinance, Rabu 29 November 2017.

         Beberapa toko ritel di Indonesia memilih untuk menutup gerainya pada tahun ini. Sebut saja 7-Evelen, Matahari di Pasaraya Blok M dan Manggarai, diikuti oleh Lotus Department Store dan Debenhams yang juga akan tutup. Peritel mengeluh sebab permintaan masyarakat dan daya beli masyarakat kian berkurang.

            Menurut Bima Yudhistira, karena lemahnya daya beli, sector ritel pun ikut melemah. “Sektor ritel melemah. FMCG hanya tumbuh 2,7% (year to date) hingga September 2017. FMGC tumbuh 11% pada periode sebelumnya. Penurunan belanja offline belum sebanding dengan peningkatan belanja online, walau pangsa masih kecil,” tambahnya.

       Memiliki opini berbeda, Jokowi yang memaparkan bahwa PPN yang naik ini seharusnya memberikan perasaan optimis pada masyrakat Indonesia. “Momentum ini harusnya memberikan optimis. Jangan pesimis. Ini kalangan dunia usaha juga kayaknya, jangan senang yang pesimis-pesimis,” papar Jokowi.

SUMBER:

No comments:

Post a Comment

Perbedaan Latar Belakang Tidak Menghalangi Pangeran Harry dan Meghan Markle Untuk Menikah

Perbedaan Latar Belakang Tidak Menghalangi Pangeran Harry dan Meghan Markle Untuk Menikah               Jakarta, indonesia—Awal Nove...