JAKARTA- Cerita "Marlina si
Pembunuh Dalam Empat Babak" sangat sederhana, seperti yang dijelaskan sang
sutradara Mouly Surya dalam empat babak film tersebut. Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak
adalah penyempurnaan dari banyak hal yang selama ini khas dalam karya-karya
Mouly. Seorang feminis yang menempatkan perempuan sebagai ujung tombak. Di dalam
tubuh Marlina, penonton diajak melihat karakterisasi yang dapat ditemui di
film-film lainnya, namun kali ini lebih kuat: tak banyak bicara, penuh
pendirian, pembawaannya kalem, dan menyimpan luka.
Marlina dihadapkan pada kenyataan
pedih, Suaminya sudah beberapa saat mati, dan mumi sang suami didudukkan di
pojok ruang tengah. Kematian itu meninggalkan utang yang harus ia tebus.
Ia membela diri dari ancaman perampokan dan
pemerkosaan. Marlina yang merasa ketakutan, akhirnya membunuh lima perampok
yang hadir di rumahnya. Di balik emosinya yang terpendam Marlina dengan gagah
berani memenggal kepala gembong penyamun. Bahkan, ia menebas kepala Markus sang
pemimpin dengan golok milik sang perampok.
Babak itu terus berlanjut dan
berakhir hingga Marlina mencari keadilan dan penebusan dosa. Ketegangan akan
apa yang bakal dilakukan Marlina atau apa yang bakal menimpanya menghiasi
setiap babak.
Tanpa ragu, ia mencoba mencari keadilan dan
memboyong kepala gembong perampok untuk dibawa ke kantor polisi. Sayang,
perjalanan Marlina untuk mencari keadilan tidak mudah. Marlina adalah simbol perlawanan.
Ia membuktikan kalau tak cukup waktu untuk
hidup dalam ketakutan. Ia tak perlu menyerah dalam ketidakberdayaan.
Film yang disutradarai Mouly Surya
ini telah ditayangkan di sejumlah festival kelas dunia, mulai dari Directors
Fortnight Festival Film Cannes 2017, New Zealand International Film Festival,
Melbourne Film Festival, serta Toronto International Film Festival.
No comments:
Post a Comment